Cerpen
“NOODWEER”
Di zaman Pandemi terdapat terror
yang aneh, Riris dan keluarga memang berhenti dari hobinya jalan-jalan keluar
daerah, namun alasan survey rumah tinggal yang baru untuk masa pensiun ayah dan
ibunya nanti menjadi alasan utama untuk pergi dan sesuai rencana dari jauh-jauh
hari sebelum masa pandemic hadir telah di janjikan pada mantan RW kampung
halaman ibunya Riris.
Sebelum brangkat ke kampung
halaman, Riris menjemput adiknya dari sekolah dasar tidak jauh dari rumahnya.
Dikala adik nya Ahmad sepulang sekolah mendapati mainanan baru yg sedikit rusak
dan berusaha membetulkan mainan baru saja ia beli dan sedang murung karena
Riris juga mengingatkan adiknya bergegas ke parkiran untuk tepat waktu agar
tidak terlambat saling menunggu untuk segera pergi ke kampung halaman meski
masih di satu provinsi yang sama.
Tiba-tiba Sontak ruang kelas dan
sekolahan yang mulai sepi terdengar gema para murid dan orang tua wali yang
teriak keras dan mendadak kisruh pantulan suara dari depan gerbang sekolah, Riris terjaga berusaha santai walau
kaget sejenak dan menenangkan adik nya, ia melihat hal yang tak terduga.
Sekelompok orang berseragam hitam menyerang murid dan wali murid menggunakan
benda kecil yang berbentuk seperti snack makanan hewan, di sebarkan mengenai
sekumpulan murid dan wali murid yang sedang ramai pulang dari Luring di sekitar
pintu gerbang sekolah, parahnya senjata tersebut jika mengenai manusia maka
seperti meleh bahkan hangus seketika tak berbentuk dan tidak mencair berikut
apa yang mereka kenakan.
Riris dan adiknya mengintip di
sela bangunan sambil berfikir mencari jalan keluar agar tidak ter lihat
sekelompok terror tersebut sedangkan satu sekolah tersebut sudah tersebar
anggota terror untuk siap menyerbu orang yang ada di lingkungan sekolah. Riris memberanikan
diri kabur perlahan dengan adiknya melalui pintu darurat jarang di buka pada
sekolah tersebut melalui perlahan lewat samping sekolah, meski upaya pelarian
Riris dan adiknya sempat terlihat oleh salah satu dari anggota penyerangan itu
dan memberikan ia senyuman kecut terlihat dari sudut pandang mata si penyerang.
Sesampainya Riris dan adik di
parkiran dan masuk ke dalam mobil dengan buru-buru iya memerintahkan kepada
kakanya yang telah cukup lama menunggu dengan ayah nya untuk segera saja pergi dari lingkungan tersebut, namun
kakak Riris tetap bingung dan lanjut mengikuti perintah Riris dan segera
menjemput Ibunya yg sedang membeli makanan untuk bekal di jalan nanti tak jauh
dari jarak lingkungan sekitar. Dan ia berjanji di jalan saja untuk menceritakan
hal itu.
Di jalan Riris dan adiknya
bercerita tetang kejadian di lingkungan sekolah, dan ibunya terlihat panic,
namun ayah Riris sedikit tidak percaya dan kakak Riris sedikit hawatir bahkan
ingin putar balik saja melihat kondisi jalan mendadak macet dan mengintip di
ujung tikungan ternyata ada hal yg serupa terjadi seperti diceritan oleh Riris
dan Adiknya, namun karena Sudah janji dengan pengurus agen property dan mantan
Rw kampung halaman, keputusan ayah tetap berjalan untuk lanjut berangkat ke
Kampung halaman.
Sesampainya Tiga kilo meter
menuju titik kampung halaman, kakak Riris berinisiatif untuk mengecek ban mobil
persiapan untuk jalan di medan yg cukup memerlukan kondisi ban yang baik, dan
bersamaan untuk mengecek rem dan air radiator sambil meluruskan badan sejenak
di bengkel, sementara Riris, adik dan ibu bergegas mencari alat mandi untuk
menginap nanti dirasa lupa untuk membawa sabun dan shampoo juga berniat membeli
nya segera berinisitif jalan terlebih dahulu masuk ke kampung halaman yang di
tuju sambil mencari warung terdekat dengan titik tujuan keluarga Riris untuk
menemui janji survey pembelian rumah.
Kami bersyukur tak jauh dari
gapura kampung halaman kami menemui warung yang lenkap dan sedikit ramai walau
di sudut kampung seperti kampung yang sepi dan di tinggal penghuninya, kami
sedikit berbincang pada pemiklik warung yang kebetulan sudah lama 10 tahun kami
tak jumpa dengan Ibu Erot, singkat cerita kami mengobrol dan ibu Riris ingin
sekali menengok Bpk dari Bu Erot yang sedang sakit keras beliau ingin bertemu
dan kebetuan rindu dengan penduduk sekitar dulu pernah pengajian bersama ketika
kami masih tinggal di desa tersebut semasa beliau sebagai ustad dan sesepuh juga membimbing
banyak anak-anak mengaji di kampung tersebut.
Namun Bu Erot mengatakan bahwa
ayah nya tidak dirawat di rumah nya melainkan di kampung sebelah di mana tepatnya
pada Rumah orang tua beliau. Karena Bu Erot sedang sibuk, kami di izinkan untuk
berkunjung terlebih dahulu kerumah orang tua Bu Erot tersebut. Tak jauh dari
warung, Riris tidak enak hati dan mengatakan pada ibu untuk tidak menengok
karena masih masa pandemic dan mengejar waktu yang hampir sore untuk tepat
janji pada pak Rw nanti, namun Ibu Riris tetap ingin menengok karena berfikir
hanya sebentar saja. Terjadi debat logika dan berbagai mitos saat itu tidak
boleh menengok selepas magrib anatara ibu dan Riris, dan akhirnya Riris dari
ibunya mengalah meski adik Riris masih terlihat murung karena tak ingin ikut
lanjut menengok Pak Hj Jumed ayahnya Bu Erot.
Tak lama dari Riris Adik dan
Ibunya mendapati keramaian dan antrean untuk menuju perbatasan jalan kampung
agar di cek suhu tubuh dan antre di wajibkan mengambil dokumen siap lapor bagi
semua warga setempat, di sisi lain ada pula seperti sekelompok peneliti dari
luar daerah ikut meng-antre dan seperti daftar tunggu menunggu untuk sesuatu,
Riris sedikit heran dan tak asing lagi, rupanya diantara beberpa kelompok
peneliti tersebut ada yang dikenal oleh Riris akhirnya mereka mengobol ia ingin
meneliti dan masuk daerah isolasi daerah murni dan semacam tempat mengungsi
dari daerah yang belum pernah terdampak pandemic, Ibu Riris semakin yakin bahwa
sikap meng antre itu tidak salah.
Riris masih
berfikir ulang, tak hanya curiga bahkan tempat yang disediakan seperti tempat
penjara, dan mengapa orang begitu ramai meski mengindahkan protocol kesehatan
tetapi tempat di sediakan ini seperti tak layak untuk di tinggali, dan begitu
antrean mendekati gerbang pintu masuk tempat tersebut, Riris menanyakan ulang
kembali walaupun di depan petugas yang sedang berjaga kepada temannya mengenai
tempat ini seperti penjara dan sambil berguyon temannya ini mengatakan iya ini
adalah miniature penjara, dan Riris menanyakan dengan guyon kembali, kenapa
mereka siap di penjara?, mereka tertawa dan pintu masuk segera di buka Riris
terseret masuk pada tempat tersebut dan terpisah antrean dengan adik dan
Ibunya.
Dilain waktu
yang bersamaan Mantan Tunangan Riris turut
sedih mendengar bahwa Riris dan keluarga tak ada kabarsetelah kejadian yang
menimpa di daerah sekitar sekolahan adiknya namun ia berusaha untuk mencari
tahu keberadaan Riris dalam situasi kampung yang sedang mencekam terror yang
aneh.
Pada saat itu ia mengantarkan hasil panen ke
pasar sekitar kampung untuk mensuplai sayuran ia Evan tak sengaja bertemu dan berbincang dengan dengan Arafi
yang menyamar sebagai asisten agen penjualan sayur dalam pasar setempat.
Arafi berbincang empat mata di
balik toko-toko dan bangunan pasar, ia mengatakan bahwa terror tersebut
peringatan agar ia mendapat kembali hati Riris, dalam keadaan sama-sama sakit
hati tentang pengungkapan dendam pribadi masing-masing, Arafi mengajak untuk
bersekongkol untuk membalaskan dendam nya dan bekerjasama dalam bisnis bersama
untuk daerah kampung sekitar juga masalah pembebasan lahan dengan proyek
pemerintah.
Namun Evan tak tega walaupun ia
pernah mempunyai rasa kepada Riris dia tidak ingin memperkacau suasana pada
saat itu dan menolak tawaran Arafi mentah-mentah, sontak Arafi tak terima dan terjadi
keributan antara bodyguard Arafi melawan masyarakat pasar yg saat itu sedang
sibuk bertransaksi jual-beli.
Pertengkaran usai namun Evan dan
warga masyarakat pasar kalah oleh pasukan bodyguard Arafi, dan Arafi mengatakan
kepada Evan agar tepat waktu untuk datang menemui nya di pabrik kecap kampung
minggu lusa nanti perihal bisnis dan ancaman Riris beserta keluarganya.
Sementara itu
pada tempat kejadian banyak nya orang-orang yang sedang berkumpul seperti
tersandra, Riris melihatTanpa kata Petugas mengarahkan berbaris bersaf, tanpa
keberatan pun Riris ingin bertanya iya akan bagaimana setelah ini, namun tak di
jawab bahkan seperti pelatihan militer saja semua di bentak untuk segera rapih
berbaris, kadang Riris menyesal mengikuti keinginan orang tua yang masih
percaya mutlak tentang mitos dan berujung mengapa feeling dan logika kenyataan
Riris menjawab lain dalam kata tidak enak hati selalu mengalahkan apa kondisi
seharusnya benar tak memperburuk prasangka hingga dia merasa menyesal membuang
waktu sampai di gedung ini.
Seperti di
Sandra secara masal, ketika ada yang bertanya dengan beberapa pertanyaan mereka
di tembak dengan senapan yang berpeluru seperti apa yang Riris lihat di
lingkungan sekolah adiknya yang ber efek pada korban meleh dan mencair hangus
menghilang seketika tapi tidak sepenuhnya habis jejaknya seperti pakaian dan
benda lain selain kulit dan bagian tubuh terkontaminasi efek dari senjata
tersebut.
Riris cemas
namun yang ada di benak Riris berdoa untuk keselamatan Ibu dan adik agar tidak
mengalami hal yg sama juga ayah dan kakaknya supaya selamat dan
menyelematkannya. Di sela jendela Riris melihat antrean sesudah dia memasuki
gedung ternyata sudah makin sedikit namun tidak ada terlihat Ibu dan adiknya
dari sorot pandang mata Riris yang kebetulan ia paling belakang barisan dan
agak sulit terjangkau dari petugas dapat memantau keadaan luar.
Suara dari
beberapa temabakkan semakin penedek temponya, dan petugas segera menutup tirai
jenedela menjadi setengah gelap dan remang-remang cahaya yang tembus kedalam
ruangan, satu persatu barisan memasuki ruangan berikutnya, walapun anggota
mereka sedikit karena sebagian sudah tumbang efek dari senjata yang aneh itu.
Riris berada di
kelompok terakhir, namun semakin rishi dan berputar otak bagaimana caranya
selamat dari belenggu petugas yang aneh itu, di sislain para temannya grup
penelitian itu ada yang membalas godaan petugas dari beberapa lelaki hidung
belang dengan murahnya mereka menyerahkan diri. Riris makin panic, di sisi lain
ia mengendap-ngendap bergeser pada tempat yang sangat minim cahaya dekat dengan
seperti rak-rak buku berjejer memenuhi setengah ruangan itu tetap terus
memantasakan arah kemana dia agar segera kabur ke ruangnan selanjutnya tanpa
mengikuti cara temannya. Kecurigaan petugas semakin meradang, Riris pun sempat
hampir di sekap dari hadangan petugas yg mengetahui gerak gerik bergeser dari barisannya.
Dari beberapa
orang pada barisannya kisruh berdebat dengan petugas dan mencoba kabur dan ia pun
mengikuti hal serupa, Riris berhasil lolos dari pintu baja yang segera tertutup
sambil melihat kebelakang melihat temannya yang tergoda melepaskan pakaian nya
melakukan hubungan dan selurunya di tembak habis dan menghilang tanpa jejak.
Dari upaya mengintipnya Riris tersebut berusaha untuk tidak menjerit karena tak
tega juga berusaha untuk menyelamatkan diri.
Pada Ruang
berikutnya, Riris merasa aneh nampanya semua seperti damai-damai saja tak lupa
ia pun saling berkenalan dan menanyakan tentang kegaiatan masing-masing orang
yang berada di kelompok yang ia dekati.
Namun kecurigaan
Riris semakin terjaga ia mendapati cctv saat memegang trails ruangan sadar bahwa
apa yang ia lakukan tak boleh terus terang dan selalu di pantau ia pun semakin
menjaga diri dari segala hal lain yang menurutnya semakin bertambah bingung.
Keesokan
harinya, Semua orang di kumpulkan pada subuh menjelang pagi, eleminasi setiap
orang dan di pindahkan masing-masing pada lain gedung, namun Riris masih berfikir bagaimana caranya pergi
dari area ini.
Adik Riris mengintip di
fentilasi, Adik Riris menemukan otak dari pelaku yang di kenal warga
sebelumnyaa, mengintip apa penangkal dari senjata itu dan berdiam di fentilasi
selama beberapa hari, dilain kesempatan dia mengirim catatan kecil untuk
menyelamatkan Riris keluar dari tempat itu berikut kondisi dan waktu yang telah
dia tulis sebagaimana jadwal yang terdapat pada otak pelaku dalam rencana buruk
nya yang telah dia salin dalam hp nya.
Petunjuk
pertama gagal yang ia sampaikan kepada Riris mendapati jatuh kertas tersebut
menggelinding dan keluar dari tas Riris dalam pemeriksaan tas masing-masing
orang untuk pengambilan yang dicurigai benda tajam dalam tas masing-masing
orang, namun petunjuk kedua hampir gagal setelah di curigai bahwa ada suara
getaran hp di atas fentilasi langit-langit gedung yang Adik Riris miliki.
Hari
selanjutnya Seperti biasa subuh menjelang pagi, eleminasi kembali terjadi, kali
ini hampir habis semangat kareana lelah, dan saat ingin mengambil sesuatu di
tasnya ia mendapati surat kecil membentuk gumpalan dan tak asing ia dengan gaya
tulisannya yang Riris kenal, ternyata itu petunjuk dari adiknya, namun ia
merasa cemas dan hawatir akan keselamatan adiknya, dan dengan hati terjaga ia
mengikuti anjuran sambil menghafal kondisi dan pukul berapa ia harus melakukan
sesuatu agar kode maksud surat tepat pada rencana upaya keluar dari
permasalahan ini.
Disudut gedung
lain saat seluruh orang-orang tertata baris rapih di lapangan, ia melihat orang
yang tak asing lagi ciri-ciri nya dan di sebut sebagai otak dari seluruh
komplotan ini, walaupun sepintas namun ada hal aneh sedikit terlintas tak
terduga dan mencoba menutupi hal itu dengan hanya mungkin salah paham saja
melihat orang yang serupa yang dia kenal sebelumnya.
Yang pandai
dalam permaianan khas kampung dia selamat memecahkan teka tekinya, sedangkan
adik Riris paham dengan kode dimana ia pernah bermain bersama otak pelaku
komplotan saat di rumah Riris ketika
Adik masih sangat kecil, dan ia tau persis kode yang khas dalam memainkan
permainan-permainan itu.
Penyekapan berakhir, semua di
selamatkan oleh anggota polisi dan TNI atas laporan banyak warga dan salah
satunya bukti rekaman percakapan pengaduan evan meyakinkan polisi untuk segera
menyelesaikan kasus ini, melalui penyergapan secara tiba-tiba, Riris di
selamatkan oleh Adiknya dan seluruh sisa orang-orang yang di Sandra segera di
lindungi oleh polisi dan TNI, Anehnya Riris tak menyangka bahwa otak komplotan
yang kejam melaukan semua hal ini adalah orang yang pernah ia kenal sebelumnya.
Otak komplotan memngakui kecewa
pembullyan keluarganya dan ia merasa sangat hina ketika di olok sebagai anak
nakal yang tidak bisa menjadi anak yang baik saat membela adiknya dan ikut
tertuduh kasus pemalsuan tandatangan
daftar hadir keterterlambatan masuk sekolah padahal tak setiap harinya adiknya
terlambat karena adiknya sedikit stress dan depresi masalah keluarga namun ia
sengaja tak tepat waktu masuk sekolah hanya ingin membereska beberapa
barang-barang rumah yg berserakan untuk tidak melukai ibu dan adiknya ketika
menginjak bekas pecahan kaca dan barang-barang rusak di rumah juga tanda-tanda
kiriman gaib teror yang meresahkan keluarganya berupa benda tajam darah kotoran
hewan setelah beberapa kali melihat pertengkaran keluarga masalah hak waris
keluarga. Serta pelaku kecewa kepada beberapa temannya semasa ia sekolah dan
cinta nya merasa di tolak oleh Riris, di sisi lain otak dari komplotan si pelakupun ini pun sekaligus menderita kelainan psikis yaitu Glossophobia
seperti social phobia atau social anxienty disorder kekurangannya
saat ia memaksa untuk mengungkapkan sesuatu rasa nya pada Riris dalam persiapan
Rapat evaluasi pensi di depan umum acara gelar seni pada masa SMP dahulu dan
terjadi pembullyan saat ia gagal untuk mengungkapkan hal itu.
Di pengadilan, terungkap alasan
permintaan maaf tersebut, namun ketika sidang berlangsung warga kampung
mengamuk merasa kecewa kehilangan anak sematawayangnya yang telah di bunuh
pelaku dalam daftar nama korban pembunuhan yang telah di bunuh pelaku di
bacakan oleh petugas pengadilan saat menjelang
putusan akhir akan di tetapkan dan keluarga korban menusuk kedua mata pelaku menggunakan alat
makan yang ia sengaja simpan dalam parcel makanan untuk pelaku namun terkena satu
mata nya pelaku dan, di lerai oleh petugas pengadilan.
Saat pelaku segera di
berangkatkan ke rutan, tiba- tiba ia menitipkan dua buah kertas pada seseorang
berpenampilan tertutup dan tak pernah mengatakan sepatah kata ketika menonton
di acara persidangan tersebut, tulisan dalam kertas tersebut yaitu pelaku bermaksud
untuk tak meninggalkan semua jejak apa yang sudah ia lakukan. Orang tersebut
adalah saudara kembar nya, yang di rumor gossip kan pada kampung tersebut telah
meninggal menjadi tumbal keluarga…
Selesai…..
No comments:
Post a Comment